Potensi Pariwisata Belum Diimbangi Infrastruktur Memadai
Pariwisata Indonesia memiliki peran strategis dan banyak potensi, diantaranya keindahan alam yang memukau wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Namun sangat disayangkan, potensi ini belum dapat dioptimalkan. Pasalnya, banyak persoalan yang menghambat pengembangan pariwisata Tanah Air. Apalagi, Indonesia menargetkan 20 juta wisman pada tahun 2019.
Demikian diungkapkan Anggota Komisi X Sofyan Tan , usai Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang kepariwisataan, diantaranya PT. Indonesia Tourism Development Coorporation (ITDC), PT. Taman Wisata Candi (TWC) dan PT. Hotel Indonesia Natour (HIN), di Ruang Rapat Komisi X, Gedung Nusantara I, Senin (30/03/15). Rapat dipimpin oleh Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya.
“Indonesia punya potensi pariwisata yang indah dan daya tarik tersendiri, tetapi tidak bisa maju-maju. Persoalannya adalah manajemennya yang kurang baik. Turis yang berwisata ke Indonesia pati ingin menikmati alam yang ada di Indonesia, bukan ingin susah dengan masalah tranportasi dan infrastrukturnya,” jelas Sofyan.
Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, sebenarnya persoalan pariwisata itu sangat sederhana. Menurutnya, yang perlu diperbaiki adalah keamanan, infrastruktur, dan servis. Soal keindahan alamnya, ia menilai tidak perlu diragukan lagi.
“Ketika orang berwisata yang pasti adalah untuk melepaskan kepenatan, mencari kebehagiaan, dan kesenangan, sehingga jika datang ke suatu tempat yang tidak nyaman dan tidak aman, bagaimana mungkin dapat menikmati?” katanya seolah bertanya.
Untuk itu, tambah Politisi asal Dapil Sumatera Utara ini, perlu ada sinergi antara Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pekerjaan Umum, untuk membangun infrastruktur di daerah potensi pariwisata.
“Menurut saya, seharusnya ada kebijakan yang mengharuskan Kementerian Pariwisata dengan Kemen PU harus berjalan dan bergandengan tangan. Apabila sudah diputuskan suatu daerah menjadi daerah tujuan utama pariwisata yang bisa meraup keuntungan, maka bisa dihitung investasi dengan infrastruktur, dan termasuk kapan kembali modalnya,” tambah Sofyan.
Sofyan mengungkapkan, mindset mengenai pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan, mengingat pariwisata selain memberikan pemasukan devisa, juga memberikan dampak penghasilan kepada sektor riil sektor informal.
“Saya kira parawisata itu akan menyerap tenaga kerja yang sangat banyak, apabila kita berhasil melakukan membangun pariwisata seiring dengan pembangunan infrasturktur,” harap Sofyan.
Sebelumnya, Direktur Utama PT. TWC Laily Prihatiningtyas menjelaskan, masalah umum yang dihadapi pengembangan pariwisata Indonesia adalah infrastruktur, terutama infrastruktur bandara atau transportasi. Selain itu, perlu pengembangan pengelolaan kawasan strategis pariwisata di daerah lain termasuk pulau-pulau kecil yang memiliki potensi, sehingga pariwasata tidak terkonsentrasi di kota-kota yang memang sudah dikenal potensi wisatanya.
Di akhir rapat, Komisi X memberi catatan kepada PT. ITDC, PT. HIN, dan PT. TWC untuk dapat memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan dan pengembangan bidang pariwisata di Indonesia, sehingga kontribusi bidang pariwisata terhadap pendapatan domestik bruto secara nasional dapat meningkat. Terhadap semua parmasalahan yang disampaikan oleh seluruh BUMN kepariwisataan, Komisi X akan menindaklanjuti dalam rapat kerja dan RDPU dengan pemerintah utamanya dengan Kementrian Pariwisata, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (sf,gt), foto : andri/parle/hr.